Menyambut bulan suci dengan puisi bertema Ramadhan menjadi cara mengungkapkan perasaan secara indah. Melihat iklan-iklan sirup berseliweran, sebagai pertanda bahwa bulan istimewa ini akan segera hadir.
Mencurahkan perasaan kadang mudah. Bagaimana jika temanya Ramadhan? Kita hanya perlu merenungi, mengevaluasi bulan puasa yang pernah kita alami. Kemudian menguraikan rasa, kegelisahan melihat kenyataan dalam bentuk kata-kata.
Mengulik Puisi Bertema Ramadhan
Ada banyak cara menggali Ramadhan menjadi puisi. Berikut caranya:
- Ramadhan memberi pengalaman spiritual bagi beberapa orang. Bagi yang lainnya bisa jadi secara ritual saja. Pengalaman berketuhanan yang dalam yang dapat membuat pelakunya merasakan kasih sayang Tuhan, adalah ide bagi terciptanya puisi. Sebaliknya, menjalani Ramadhan dengan perasaan biasa-biasa saja, kemudian muncul penyesalan dan kegelisahan, itupun sumber gagasan untuk puisi. Apapun itu, banyak hal terjadi dan yang dirasakan selama Ramadhan. Perasaan itulah yang dapat dijadikan ide;
- Bukan hanya pengalaman pribadi, mengamati tingkah laku kaum muslim dalam menyambut Ramadhan, saat menjalani Ramadhan, maupun setelahnya.
- Setelah menemukan satu ide dari berbagai peristiwa yang terjadi seputar Ramadhan, pikirkan sudut pandang lalu tuliskan saja apa yang dirasakan;
- Baca kembali lalu sunting.
baca juga : cara efektif membuat puisi
Contoh Puisi Bertema Ramadhan
Berikut saya tuliskan dua contoh puisi bertema Ramadhan. Mari simak bersama.
Bagian Mana dari Ramadhan Kau Rindukan?
Bising parade jalanan
Seru puja-puji meriahkan
Panji-panji berkibaran
Iklan sarung disiarkan
Promo sirup gugup dibagikan
Gempita sangat sambut Ramadhan
Masjid disucikan
Jendela karpet dibersihkan
Halaman-halaman menjadi benderang
Lampu-lampu di ujung kampung diterangkan
Lalu, bagian mana dari Ramadhan kau dindukan?
Sementara diri enggan telanjang
Jelaga dosa mengerak di jiwa
Menghitam raga oleh siksa rasa
Kain indah rupanya
Kamuflase belaka
Lalu dengan cara apa,
Serahkan diri ikhlas berpuasa?
Rindu jadk kata manis nan puitis
Seakan Ramadhan hanya program dinamis
Basa-basi yang bergerak
Riuh antara kurma dan kolak
Juga gaun, mukena menyilaukan mata
Menguatkan dahaga ibarat hadiah
Bagi lapar, haus, susah payah
Bagian mana dari Ramadhan kau rindukan?
Sementara hentinya istighfar
Sebab hanya bibir yang bergetar
Alih-alih akui kesalahan
Masih kebaikan diri diunggulkan
Kalau sudah begini bisakah temui
Istimewanya bulan dan kubawa diri
Bulat-bulat, kotor, dan belang
Jika masih ada ruang,
Izinkan pahami lapar dahaga sejati
Beri hamba kain-Mu meski selembar
Agar Ramadhan, tak sekadar
Ramadhan di mana Indahnya?
Suasana masih muram di hari-hari jelang Ramadhan
Emak masih sibuk berburu minyak
Kerut dahi Bapak berbiak, anggaran bakal bengkak
Ramadhan di mana indahnya?
Si bungsu tak tahu tapi menggerutu
Si sulung berkata, menu buka pasti itu-itu saja
memohon naikkan selera
Lebaran juga ingin ganti celana
Tahun lalu sarung tipis ringan harganya
Emakpun, mulai mengincar mukena
Ah, mana bisa
Masih segitu juga penghasilannya
Si bungsu telah biasa merengek seharian
Lantaran perih lambungnya tak bisa ditahan
Si sulung sering menekuk lutut
Demi membungkam cacing ribut dalam perut
Ramadhan di mana indahnya
Ustaz kasih iming-iming surga
Anak-anak mekar senyumnya
Emak Bapak menetes air matanya dalam doa
Penutup
Sebenarnya mudah membuat puisi tema apapun. Karena bertepatan dengan jelang Ramadhan, alangkah indah menuangkan kata-kata indah menjadi berbait-bait puisi. Lebih penting lagi adalah makna yang terkandung di dalamnya.
Comment